Monday, September 21, 2015

Review Buku Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan Jilid I 
Oleh Michael P Todarro dan Stephen Smith
BAB I
PERSPEKTIF GLOBAL
A.       Bagaimana Kehidupan Stengah Penduduk Bumi
Pada saat orang-orang diseluruh dunia bangun setiap pagi untuk menyongsong hari yang baru, masing-masing menjalaninya dalam situasi yang sangat berbeda.Sebagian hidup dirumah yang indah dan nyaman dengan banyak kamar berukuran luas.Mereka memiliki makanan yang berlimpah, pakaian yang bagus dan kondisi kesehatan yang baik, serta kondisi keuangan yang berkecukupan.Sebagian lainnya, yaitu mayoritas penduduk dunia yang jumlahnya mendekati 7 miliar orang, hidup dalam keadaan yang kurang menguntungkan.Mereka mungkin tidak memiliki makanan dan tempat tinggal yang layak, khususnya jika mereka termasuk dalam sepertiga bagian termiskin dari penduduk dunia.Kondisi kesehatan mereka seringkali buruk, banyak dari mereka yang tidak bisa membaca atau menulis, menganggur, dan prospek untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik sangat suram. Lebih dari 40% penduduk dunia memiliki pendapatan kurang dari $2 per hari, salah satu kondisi yang diacu sebagai sebagai kemiskinan absolute(absolute poverty ). Pengkajian tentang perbedaan standar hidup penduduk dunia dapat  menyingkap banyak hal.

B.       Studi Ekonomi dan Pembangunan
Hakikat Ilmu Ekonomi pembangunan :
a.        Ilmu ekonomi Tradisional, memusatkan perhatian pada alokasi sumber daya produktif yang langkah dan pertumbuhannya optimal.
b.        Ilmu ekonomi politik,beranjak lebih jauh dari ekonomi tradisional untuk mempelajari antara lain proses social dan kelembagaan yang digunakan oleh kelompok-kelompok elite ekonomi dan politik untuk memengaruhi pengalokasian sumber daya langka saat ini dan dimasa depan, bagi kepentingan mereka sendiri maupun kepentingan masyarakat yang lebih besar.
c.        Ilmu ekonomi Pembanguna, berkaitan dengan pengalokasian sumber daya produktif yang langka(menaggur) secara efisien dan keberlangsungan pertumbuhan sumber daya itu dimasa depan yang berhubungan dengan mekanisme ekonomi,social politik, dan lembaga baik public maupun swasta.
Arti Penting Nlai-Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Pembangunan
Ilmu ekonomi berhubungan dengan manusia dan system social yang digunakan untuk menata kegiatan dalam memenuhi kebutuhan material  (seperti makan, trmpat tinggal, atau pakaian) serta kebutuhan non material (seperti pendidikan, pengetahuan, atau pencerahan spiritual). Adapun konsep inti pembangunan dan modernisasi ekonomi mewakili premis nilai implicit dan eksplisit tentang tujuan yang diinginkan untuk mencapai apa yang pernah diungkapkan Mahatma Gandhi sebagai “realisasipotensi manusia”. Konsep atau tujuan yang di angkat dari pertimbangannilai subjektif tentang apa yang baik dan diinginkan serta apa yang tidak, misalnya keadilan ekonomi dan social.
Perekonimian Sebagai Sistem Sosial : Tuntutan untuk Melangkah Lebih Jauh dari Ilmu Ekonomi Sederhana
Ilmu ekonomi dan system perekonomian, khususnya dinegara berkembang, harus dipandang dalam dalam perspektif yang lebih luas ketimbang seperti yang dipostulasikan dalam ilmu ekonomi tradisional. Kedua hal ini harus di analisis dalam konteks internasional  atau global. Kita juga harus  mempertimbangkan bagaimana merumuskan kebijakan, siapa yang mengendalikan, serta siapa yang di untungkan dari organisasi dan norma perilaku ekonomi global. Hal-hal itu semakin penting artiya sekarang dengan semakin luasnya ekonomi pasar dan cepatnya laju globalisasi perdagangan, keuangan, batas perusahaan, teknologi, hak kekayaan intelektual, dan migrasi tenaga kerja.
Pandangan ekonomi baru tentang pembangunan
Pembangunan ekonomi mulai didefenisi ulang dalam kaitannya dengan upaya pengurangan atau peniadaan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks perekonomian yang semakin  berkembang . “redistribusi hasil pertumbuhan” kemudian menjadi selogan bersama.oleh sebab itu, pembangunan haruslah dipandang sebagai proses multidimensi yang melibatkan berbagai perubahan mendasar dalam struktur social, sikap masyarakat, dan lembaga nasional, serta percepatan pertumbuhan, pengurangan ketimpangan dan peanggulangan kemiskinan. Pada hakikatnya pembangunan haruslah mencerminkan perubahan system social secara total sesuai dengan bebagai kebutuhan dasar, serta upaya menumbuhkan aspirasi individu dan kelompok-kelompok social dalam system itu. Pembangunan seharusnya merupakan upaya untuk mengubah kondisi kehidupan dari yang dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik secara lahir dan batin.
Pembangunan dan kebahagiaan
Jelaslah bahwa kebahagiaan merupakan bagian ari kesejahteraan manusia, dan kebahagiaan yang lebih besar dengan sendirinya dapat memperbesar kapabilitas manusia untuk berfungsi.seperti yang dikemukakan Amartya Sen “ dalampengertian kebahagiaan, utilitas dapat dicakup dengan baik dalam daftar beberapa keberfungsian yang penting dan relevan dengan kesejahteraan seseorang. Adapun kadar pentingnya pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang, entah tujuannya hanya pada peningkatan kebahagiaan atau secara lebih inklusif dan persuasif pada peningkatan kapabilitas manusia.
Tiga nilai inti pembangunan
1.    Kecukupan: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mencakup makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan perlindungan.
2.    Harga diri : menjadi manusia seutuhnya yaitu perasaan berharga dan bermartabat, tidak diperalat untuk untuk mencapai tujuan orang lain.
3.    Kebebasan dari sikap menghamba :kemampuan untuk memilih, mencakup dalam makna pembangunan adalah konsep pembangunan manusia, kebebasan ini  berkaitan dengan kebebasan dari kondisi kekurangan persyaratan hidup yang bersifat material serta kebebasan dari penghambaan social terhadap lingkungan, orang lain.
Peran penting perempuan
Para ilmuwan pembangunan umumnya memandang bahwa kaum perempuan memainkan peran penting dalam pembangunan. Selain itu perempuan memiliki tanggung jawab utama untuk mengasuh anak, dan sumber daya yang mereka miliki untuk memikul tanggung jawab itu akan menentukan dapat atau tidaknya mereka memutus siklus pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kaum perempuan juga meneruskan nilai-nilai penting kehidupan kepada anak-anak mereka.Oleh sebab itu, agar dapat menghasilkan dampak pembangunan yang signifikan suatu masyarakat harus memberdayakan dan menginvestasikan sumber daya bagi kaum perempuan.
Tujuan pembangunan
1.    Peningkatan ketersediaan dan perluasan distribusi barang-barang kebutuhan hidup yang pokok seperti maka, tempat tinggal, kesehatan dan perlindungan.
2.    Peningkatan standar hidupseperti ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak, pendidikan yang lebih baik, serta perhatian lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan.
3.    Perluasan pilihan ekonomi dan social  tersedia bagi individu dan bangsa secara keseluruhan, yang tidak hanya membebaskan mereka dari kungkungan sikap menghamba dan perasaan bergantung pada orang dan Negara-bangsa lain tetapi juga dari berbagai factor yang menyebabkan kebodohan dan kesengsaraan.
Milenium development goals
Milenium development goals (MDG)sebagai komitmen untuk meniadakan kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunan manusia lainnya pada tahun 2015.MDG merupakan pernyataan paling kuat yang menunjukkan komitmen internasional untuk mengakhiri kemiskinan global. Tujuannya terlihat ambisius untuk mengentaskan kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan pendidikan dasar universa, meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan, mengurangi tingkat mortalitas anak, meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan membina kerjasama global bagi pembangunan.
Kesimpulan
Ilmu ekonomi pembangunan merupakan pengembangan yang nyata dan juga penting terhadap ilmu ekonomi tradisional dan ilmu ekonomi politik. Selain menaruh perhatian pada pengalokasian sumber daya secara efisien dan pertumbuhan output secara berkelanjutan dari waktu kewaktu, ilmu ekonomi pembangunan juga berfokus pada mekanisme ekonomi, social, dan lembaga yang diperlukan untuk menghasilkan peningkatan standar hidup secara cepat dan berskala besar dari kaum miskin di Negara-negara berkembang.oleh sebab itu, ekonomi pembangunan juga harus memberikan perhatian yang besar pada perumusan kebijakan public yang tepat dan yang diracang untuk menghasilkan transformasi ekonomi, lembaga dan social yang berdampak bagi masyarakat secara keseluruhan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Jika tidak, jurang pemisah antara aspirasi dan realitas akan semakin melebar dari tahun ketahun. Alasan inilah yang menyebabkan sector public harus memikul peran yang lebih besar dan menentukan dalam ekonomi pembangunan dibandingkan perannya dalam analisis perekonomian neoklasik tradisional.
Semua analisis yang realistis mengenai permasalahan pembangunan akan mensyararatkan pemakaian variable-variabel unik perekonomian antara lain tingkat pendapatan, harga, dan tabungan bersama dengan factor-faktor kelembagaan nonekonomi yang relevan, mencakup rincian mengenai peraturan kepemilikan tanah, pengaruh dari tingkat social dan kelas masyarakat, struktur pengkreditan, pendidikan dan kesehatan, organisasi dan tujuan dari birokrasi pemerintah, kelengkapan dari administrasi public, dasar-dasar dari sikap popular terhadap kerja, waktu luang, dan pengembangan diri serta nilai peran dan sikap dari para elite politik dan ekonomi. Strategi-strategi ekonomi pembangunan yang berupaya meningkatkan output dari sector pertanian, menciptkan lapangan kerja, dan memerangi kemiskinan seringkal gagal dimasalalu karena para ekonom dan penasihat kebijakan lainnya tidak cukup memandang perekonomian sebagai system social yang saling bergantung dimana kekuatan ekonomi dan nonekonomi terus menerus berinteraksi dalam cara-cara yang terkadang saling menguatkan dan terkadang saling berlawanan.
Negara-negara berkembang merupakan dari organisme global ini, sifat dasar dan karakter dari pembangunan masa depan mereka seharusnya merupakan perhatian utama semua bangsa, terlepas dari orientasi politik, ideologis, atau ekonomi. Tidak boleh lagi ada dua masadepan, satu untuk pihak kaya yang jumlahnya sedikit dan satu lagi untuk pihak miskin yang jumlahnya sangat banyak, dalam kata-kata seorang penyair “hanya akan ada satu masa depan atau tidak ada sama sekali”.
BAB 2
PEMBANGUNAN EKONOMI KOMPARATIF
Kita telah mengetahui semua kondisi yang umum ditemukan di suatu negara berkembang pada saat kolonialisme Eropa dimulai akan berdampak besar terhadap sejarah ketimpangan yang terjadi dan perkembangan lembaga selanjutnya di negara bersangkutan, dalam konteks memperlancar atau menghalangi partisipasinya dalam pertumbuhan ekonomi modern setelah kemunculan revolusi industri diakhir abad ke delapan belas. Telah terbukti bahwa lembaga-lembaga yang buruk umumnya sangat menolak upaya reformasi. Akan tetapi perspektif baru yang berkembang ini tidak menyiratkan bahwa pembangunan itu tidak mungkin!  Sebaliknya perspertif-perspektif itu berusaha menjelaskan besarnya tantangan yang dihadapi oleh banyak negara berkembang.Gejala keterbelakangan sebaiknya dipandang secara nasional dan internasional.Masalah kemiskinan, ketimpangan, rendahnya produktivitas, pertumbuhan penduduk, pengangguran, ketergantungan ekspor produk primer, dan kerentanan internasional ternyata memiliki berbagai akar dan solusi dalam lingkup domestik dan global.
Sekalipun gambaran kehidupan dibanyak negara berkembang yang sudah diuraikan terlihat suram, perlu diingat bahwa sebagian besar negara berkembang telah berhasil meningkatkan pendapatan secara signifikan.Selain itu kebanyakan negara berkembang telah berhasil menurunkan tingkat mortalitas anak-anak, memperluas akses pendidikan, dan menurunkan disparitas gender.  Dengan menetapkan kebijakan ekonomi dan sosial yang tepat, baik di dalam maupun di luar negeri, dan dengan bantuan dari negara maju maka negara-negara miskin sesungguhnya memiliki cara untuk mewujudkan aspirasi pembangunan mereka.
Namun perubahan yang sejalan dan melengkapi juga harus terjadi dalam modal manusia, teknologi, sosial, dan kelembagaan agar dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.Transformasi itu tidak harus terjadi di dalam negara-negara berkembang, tetapi juga dalam perekonomian internasional.  Dengan kata lain, jika tidak ada reformasi struktural, sikap dan kelembagaan yang penting dalam perekonomian dunia yang dapat mengakomodasi peningkatan aspirasi dan menghargai pencapaian kinerja yang luar biasa dari negara-negara berkembang tertentu, terutama negara-negara terbelakang, maka transformasi perekonomian internal dan sosial di dalam di negara-negara berkembang kemungkinan tidak akan memadai.
Mungkin ada “keunggulan keterbelakangan” tertentu dalam pembangunan seperti kemampuan menggunakan teknologi yang sudah ada terbukti lebih produktif ketimbang harus menemukannya sendiri dan bahkan melakukan lompatan terhadap standar teknologi usang yang masih digunakan negara maju.Negara berkembang juga bisa mendapatkan pelajaran berharga dari kebijakan-kebijakan perekonomian yang telah diterapkan di berbagai negara di seluruh dunia.Semua keunggulan ini sangat menolong jika perekonomian berhasil dikelola untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, seperti yang dapat dilakukan oleh Taiwan, Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya.Akan tetapi, bagi kebanyakan negara miskin, keterbelakangan berlangsung sejalan dengan ketidakberuntungan; yang sebagian besarnya diperparah oleh warisan penjajahan, perbudakan, dan Kediktatoran pada era Perang Dingin.Dalam kasus manapun, semua negara umumnya harus melakukan lebih dari sekadar meniru kebijakan yang pernah diterapkan negara-negara yang sekarang maju pada masa awal tahapan pembangunan negara-negara maju.
Terlepas dari keragaman yang terdapat di kalangan negara berkembang hampir semua negara itu memiliki kesamaan tujuan pembangunan yang dirumuskan dengan baik.Tujuan itu mencakup pengurangan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran; penyediaan pendidikan dasar, kesehatan, perumahan, dan makanan bagi setiap warga negara; memperluas kesempatan ekonomi dan sosial; serta peningkatan kesatuan negara-bangsa. Berkaitan dengan tujuan ekonomi, sosial, dan politik itu, kebanyakan negara berkembang umumnya juga menghadapi sejumlah masalah dengan kadar yang berbeda-beda meliputi: kemiskinan asbsolut yang kronis, tingginya tingkat pengangguran, lebarnya kesenjangan distribusi pendapatan, rendahnya tingkat produktivitas pertanian, besarnya ketidakseimbangan standar hidup dan peluang ekonomi penduduk yang bermukim di perkotaan dan pedesaan, meningkatnya ketidakpuasan di kalangan penduduk yang merasa tidak diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi, makin seriusnya kerusakan lingkungan hidup, makin ketinggalan zaman dan tidak tepatnya sistem pendidikan dan kesehatan, serta makin besarnya ketergantungan pada teknologi, lembaga, dan sistem nilai asing. Oleh sebab itu, mungkin dan ada gunanya berbicara tentang kesamaan masalah-masalah pembangunan yang penting dan menganalis semua masalah itu dalam prespektif negara berkembang.
Pembanguan ekonomi dan sosial sering kali tidak mungkin dilakukan tanpa adanya perubahan terkait dengan lembaga lembaga sosial, politik, hukum, dan ekonomi satu negara, misalnya sistem kepemilikan lahan, bentuk tata kelola, struktur pendidikan, hubungan pasar tenaga kerja, hak kepemilikan, hukum kontrak, kebebasan warga negara, distribusi dan pengendalian aset fisik dan keuangan, hukum pajak dan warisan, serta ketentuan kredit. Tetapi, setiap negara berkembang pada dasarnya menghadapi kendalanya masing-masing dalam memilih opsi kebijakan yang mungkin dan situasi spesifik lainnya, dan setiap negara berkembang harus menemukan jalannya sendiri dalam membangun lembaga-lembaga ekonomi dan sosial yang efektif.Contoh dari negara-negara maju berupa pengalaman awal dan lembaga masa kini, beserta contoh dari negara-negara berkembang lainnya, dapat menawarkan gagasan penting dalam upaya perumusan kebijakan.Dalam banyak kasus, lembaga-lembaga ekonomi Eropa dan Amerika utara lebih mendekati optimal ketimbang lembaga serupa di negara-negara berkembang, sekalipun semua negara memiliki kesempatan untuk melakukan inovasi kelembagaan lebih lanjut. Namun, negara-negara berkembang tidak boleh berasumsi, tanpa melakukan penyelidikan tambahan, bahwa penerapan kebijakan  dan lembaga yang sama dengan yang telah digunakan di negara maju akan selalu menjadi cara tercepat menuju pembangunan ekonomi yang berhasil.
Sebagai kesimpulan, bab ini telah menunjukan beberapa kesamaan penting di hampir semua negara berkembang, yang berbanding terbalik dengan karakteristik kontemporer dan sejarah negara-negara maju. Bab ini juga telah menurunkan bahwa negara-negara berkembang sangat heterogen, yaitu berbeda dalam banyak hal penting. Dengan menyimak lebih seksama, akar penyebab yang menentukan tinggi rendahnya tingkat pendapatan dan pembangunan manusia di negara berkembang adalah ketimpangan  yang lebih tinggi, lembaga yang lebih lemah, dan tingkat pendidikan dan kesehatan yang lebih rendah. Bahkan dengan kelemahan-kelemahan itu, masih banyak lagi hal yang harus dilakukan  negara berkembang melalui strategi kebijakan yang tepat untuk mempercepat kemajuan ekonomi dan sosial.
Untuk melihat keadaan di atas dapat disampaikan tentang studi kasus perbandingan antara negara Pakistan dan Bangladesh.  Ketika Bangladesh memperoleh kemerdekaannya dari Pakistan, negara ini dipandang sangat ketinggalan jauh dari Pakistan, namun empat dasawarsa kemudian, Bangladesh menjawab pihak-pihak yang meragukan kemampuaannya untuk berhasil, dan tampaknya Bangladesh akan mampu melewati ujian itu dihadapkan dengan tingkat pertumbuhan, kemiskinan, pendidikan dan melek aksara, kesehatan, indeks pembangunan manusia, penduduk, pemahaman divergensi, geografi, kesetaraan gender, bantuan luar negeri, pemerintahan dan peran militer, serta masyarakat madani.
BAB 3
Teori Klasik Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
            Kemajuan ekonomi merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan. Pembangunan merupakan proses multidimensi yang melibatkan seluruh sumber daya untuk melakukan reorganisasi dan reorientasi seluruh sistem yang ada, termasuk sistem ekonomi dan sosial.
Sejalan dengan itu, akan dibahas evolusi sejarah dan pemikiran intelektual akademis tentang mengapa pembangunan dapat berlangsung dengan baik, dan mengapa pula pembangunan yang direncanakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.  Sehubungan dengan itu, terdapat empat teori pembangunan utama yang akan memberikan wawasan dan perspektif tentang hakikat pembangunan.
3.1 Teori-Teori Klasik Pembangunan Ekonomi: Empat Pendekatan
Literatur klasik dalam pembangunan ekonomi pasca-Perang Dunia II telah didominasi oleh empat aliran pemikiran utama yang saling berkompetisi. Keempat aliran tersebut adalah: (1) model tahapan pertumbuhan linear (linear-stages-of-growth model), (2) teori dan pola perubahan struktural (theories and patterns of structural change), (3) revolusi ketergantungan-internasional (international-dependence revolution), dan (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik (neoclassical, free-market counterrevolution). Belakangan juga muncul pendekatan eklektik (eclectic approach) dengan menggabungkan semua teori klasik yang terbaik.
            Para pemikir dasawarsa 1950-an dan 1960-an memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahap pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang harus dilalui semua negara. Ini adalah teori ekonomi pembangunan yang mensyaratkan adanya kombinasi antara tabungan, investasi, dan bantuan luar negeri sehingga negara-negara berkembang dapat melakukan pembangunan negaranya dengan baik, sehingga pembangunan menjadi sinonim dengan pertumbuhan ekonomi agregat yang berlangsung cepat.
            Di era 1970-an, dua aliran pemikiran yang saling bersaing, yakni pertama, aliran yang berfokus pada teori dan pola perubahan struktural yang menggunakan teori ekonomi modern dan analisis statistik dalam upaya menggambarkan proses internal perubahan struktural yang harus dilaksanakan oleh negara berkembang agar dapat menciptakan dan mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat. Aliran kedua adalah revolusi ketergantungan internasional, lebih radikal dan politis.Teori ketergantungan cenderung menekankan kendala lembaga dan politik, baik internal maupun eksternal, terhadap pembangunan ekonomi.Penekanan diletakkan pada perlunya kebijakan baru dan utama untuk memberantas kemiskinan, menyediakan kesempatan kerja dan mengurangi ketimpangan.

3.2 Pembangunan sebagai Pertumbuhan dan Teori Tahapan Linear
Setelah berakhirnya perang dunia II, negara yang porak-poranda akibat perang kembali dapat dibangun dan mereka membanguna perekonomiannya dalam hitungan tahun dengan bantuan keuangan dan teknis dari Amerika Serikat melalui Marshall Plan.
Tahapan Pertumbuhan Rostow
Pendukung paling berpengaruh dari model pembangunan tahapan pertumbuhan (stages-of-growth model of development) adalah sejarawan ekonomi Amerika Walt W. Rostow. Menurut Rostow, transisi dari keterbelakangan ke perekonomian maju dapat dilakukan dalam serangkaian langkah atau tahapan yang harus dilalui semua negara. Rostow berpendapat bahwa negara-negara maju telah melewati semua tahapan “lepas landas ke pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan sendirinya,” dan negara-negara terbelakang yang masih berada dalam tahap masyarakat tradisional atau dalam tahap “prakondisi” hanya perlu mengikuti seperangkat aturan pembangunan tertentu untuk lepas landas menuju masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
            Salah satu strategi utama pembangunan yang diperlukan untuk dapat lepas landas adalah mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri untuk menghailkan investasi yang cukup guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Mekanisme ekonomi dimana investasi yang lebih besar akan menghasilkan pertumbuhan lebih besar dapat diuraikan dengan menggunakan model pertumbuhan Harrod-Domar, yang lebih sering disebut sebagai model AK karena didasarkan atas fungsi produksi linear dengan output yang diperoleh dari persediaan modal K dikalikan dengan sebuah bilangan tetap/konstanta yang sering diberi label A.
            Setiap perekonomian harus menabung bagian tertentu dari pendapatannya untuk mengganti barang-barang modal yang habis atau rusak (gedung, peralatan, dan bahan-bahan lainnya).Namun, untuk bisa tumbuh diperlukan adanya investasi yang merupakan tambahan neto ke dalam persediaan modal.
Hambatan dan Kendala
Hambatan utama atau kendala dalam upaya pembangunan menurut teori Rostow adalah relatif rendahnya tingkat pembentukan modaldi kebanyakan negara miskin. Namun jika suatu negara benar-benar ingin mengalami pertumbuhan pada tingkat, katakanlah, 7% per tahun dan seandainya negara itu tidak dapat menghimpun tabungan dan investasi pada tingkat 21% dari pendapatan nasional (dengan asumsi bahwa c, rasio akhir modal-output agregat, adalah 3) dan hanya mampu menabung sebanyak 15%, negara ini dapat memenuhi kekurangan “kesenjangan tabungan” sebesar 6% ini melalui bantuan luar negeri atau investasi swasta asing.


Syarat Perlu versus Syarat Cukup: Beberapa Kritik terhadap Model Tahapan Pertumbuhan
Mekanisme pembangunan yang terkandung dalam teori tahapan pertumbuhan tidak selamanya dapat diterapkan.Alasan utamanya bukan karena kondisi lebih banyaknya tabungan dan investasi bukan merupakan syarat perlu (necessary condition) untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, tetapi karena tabungan dan investasi yang lebih banyak bukan merupakan syarat cukup (sufficient condition). Marshal Plan berhasil bagi Eropa karena negara-negara Eropa yang menerima bantuan itu memiliki kondisi struktural, lembaga, dan sikap yang diperlukan (misalnya, komoditas dan pasar uang yang terintegrasi dengan baik, sarana transportasi yang sangat maju, tenaga kerja yang terlatih dan terdidik dengan baik, adanya motivasi untuk berhasil, serta adanya birokrasi pemerintahan yang efisien).
3.3  Model Pertumbuhan Struktural
Teori pertumbuhan struktural (structural-change theory) berfokus pada mekanisme yang diterapkan negara-negara terbelakang untuk mengubah struktur perekonomian domestik mereka, dari yang awalnya menekankan pertanian subsistem tradisional menjadi perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi perkotaan, serta industri manufaktur dan jasa yang lebih beragam. Teori ini menggunakan pendekatan teori neoklasik tentang harga dan alokasi sumber daya serta metode ekonometri modern untuk menjelaskan cara berlangsungnya proses transformasi.
Ada dua contoh model terkenal yang mewakili pendekatan perubahan-struktural adalah model teoretis “surplus tenaga kerja dua-sektor” (two sector surplus labor) dari W. Arthur Lewis dan analisis empiris “pola pembangunan” (patterns of development).
Teori Pembangunan Lewis. Di pertengahan dasawarsa 1950-an, W. Arthur Lewis merumuskan model pembangunan yang terkenal dan berfokus pada transformasi struktural, lalu dimodifikasi, diformalkan, dan diperluas oleh John Fei dan Gustav Ranis. Model dua-sektor Lewis (Lewis two-sector model) menjadi teori umum yang menjelaskan proses pembangunan di negara-negara berkembang yang memiliki surplus tenaga kerja selama hampir keseluruhan dasawarsa 1960-an dan awal 1970-an.
Berdasarkan model Lewis, perekonomian terbelakang terdiri atas dua sektor: sektor subsistem pedesaan yang tradisional dan kelebihan penduduk, yang dicirikan produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol (zero marginal labor productivity) – situasi yang digolongkan Lewis sebagai surplus tenaga kerja (labor surplus).
Perubahan Struktural dan Pola Pembangunan.Seperti halnya model Lewis, analisis pola pembangunan (patterns-of-development analysis) mengenai perubahan struktural berfokus pada proses yang berlangsung secara berurutan, yang harus dilalui suatu negara dimana ekonomi, industri, dan struktur lembaga negara terbelakang ditransformasi sejalan dengan waktu agar industri baru dapat menggantikan pertanian tradisional sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Para analis perubahan empiris menekankan kendala domestic dan internasional terhadap pembangunan.Kendala domestic mencakup kendala ekonomi seperti dukungan sumber daya suatu negara serta luas wilayah dan jumlah penduduk, serta kendala kelembagaan seperti kebijakan dan tujuan pemerintah.Kendala internasional terhadap pembangunan mencakup akses ke modal eksternal, teknologi, dan perdagangan internasional.
3.4 Revolusi Ketergantungan Internasional
Selama dasawarsa 1970-an, model ketergantungan internasional mendapat banyak dukungan, khususnya di kalangan intelektual negara berkembang, sebagai akibat dari meningkatnya ketidakpuasan terhadap model tahapan pertumbuhan dan model perubahan struktural.Pada dasarnya, model ketergantungan (dependence) internasional memandang negara-negara berkembang sebagai korban kekakuan lembaga, politik, dan ekonomi baik domestik maupun internasional dan dominasi negara-negara kaya.Dalam pendekatan umum ini ada tiga aliran pemikiran, yaitu model ketergantungan neocolonial, model paradigma palsu, dan tesis pembangunan dualistis.
Model Ketergantungan Neokolonial (neocolonial dependence model). Pemikiran utama dari model ketergantungan neocolonial adalah pendekatan yang muncul dari pemikiran Marxis, yang menggabungkan eksistensi dan langgengnya keterbelakangan (underdevelopment) terutama pada evolusi sejarah sistem kapitalis internasional yang sangat tidak setara antara hubungan negara-negara kaya dan negara miskin (negara core/pusat dan pinggiran (periphery). Kelompok-kelompok tertentu di negara pinggiran (berkembang) mencakup tuan tanah, wirausahawan, penguasa militer, pedagang, pejabat pemerintah, dan pemimpin serikat pekerja) yang menikmati penghasilan, status sosial, dan kekuasaan politik yang besar merupakan segelitir elit penguasa. Kepentingan utama golongan elit ini, didasari atau tidak, melanggengkan sistem kapitalis internasional yang tidak adil, dimana imbalan diberikan kepada mereka atas persetujuan (conformity) mereka terhadap sistem tersebut.Kelompok ini termasuk perusahaan multinasional, badan-badan nasional bantuan luar negeri, dan berbagai organisasi bantuan multilateral seperti Bank Dunia dan IMF, yang kesetiaan atau pendanaannya terkait dengan negara-negara kapitalis kaya.
Model Paradigma Palsu (false-paradigm model).
Pendekatan kedua dan kurang radikal dari teori ketergantungan internasional dalam pembangunan adalah model paradigma palsu.Model ini mengaitkan keterbelakangan dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan para “pakar” penasehat internasional yang mungkin bermaksud baik tetapi kurang memiliki informasi yang jelas, bias, dan etnosentris dari badan-badan bantuan negara maju dan lembaga donor. Selain itu, model paradigma palsu berargumentasi bahwa para cendikiawan universitas terkemuka, aktivis serikat pekerja, ekonom di lembaga pemerintah, dan pegawai negeri memperoleh pendidikan dari lembaga-lembaga pendidikan di negara maju, sehingga tanpa disadari mendapat asupan tak sehat berupa berbagai model teoretis yang mengandung konsep asing dan terkesan elegan tetapi tidak dapat diterapkan.
Tesis Pembangunan-Dualistis (dualistic-development thesis).
Pemikiran yang terkandung secara implicit dalam teori-teori perubahan struktural dan secara eksplisit dalam teori-teori ketergantungan internasional adalah gagasan tentang dunia yang terdiri atas masyarakat mendua (dual societies), negara-negara kaya dan negara-negara miskin, segelintir orang kaya di tengah-tengah derah kemiskinan.Dualisme adalah konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan.Konsep ini menunjukkan adanya perbedaan cukup besar dan makin besar diantara negara-negara kaya dan miskin. Konsep tradisional dualisme mencakup empat argumentasi utama: 1. Beberapa kumpulan kondisi yang berbeda, unsure-unsur yang sebagian bersifat “superior” dan selebihnya “inferio,” ada secara berdampingan di tempat atau ruang tertentu, 2. Koeksistensi bersifat kronis atau menetap alih-alih transisional, 3. Kadar superioritas dan inferioritas bukan hanya menunjukkan tanda – tanda penurunan, tetapi justru menunjukkan kecenderungan peningkatan, sebagai contoh adalah kecenderungan produktivitas para pekerja di negara maju dan negara miskin,  4. Hubungan saling terkait antara unsure superior dan unsure inferior  sedemikian timpangnya sehingga keberadaan unsur-unsur superior tidak banyak bermanfaat untuk meningkatkan kedudukan unsur-unsur inferior, apalagi mengucurkan “tricle down” manfaat ke bawah.
3.5 Kontrarevolusi Neoklasik: Fundamentalisme Pasar
Teori kontrarevolusi neoklasik dapat dikelompokkan ke dalams tiga komponen pendekatan: pendekatan pasa bebas (free market approach), pilihan publik (public choice) atau “ekonomi politi baru,” dan pendekatan “ramah pasar” (market-friendly approach).
Analisis pasar bebas mengemukakan bahwa pasar sebenarnya efisien – pasar produk memberikan isyarat terbaik untuk melakukan investasi dalam kegiatan industri baru; pasar tenaga kerja bereaksi terhadap industri baru dengan cara yang sesuai; produsen tahu persis apa yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya secara efisien; teknologi tersedia bebas dan nyaris sangat murah untuk diserap; informasi tersedia dan hampir tidak memerlukan biaya untuk memperolehnya.
Teori pilihan publik juga dikenal sebagai pendekatan ekonomi politik baru, beranjak lebih jauh dengan mengemukakan bahwa pemerintah (hampir) tidak dapat melakukan apapun dengan benar.Hal ini karena teori pilihan publik berasumsi bahwa para politikus, birokrat, warga negara, dan negara hanya bertindak dengan kepentingan diri sendiri dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki.
Pendekatan ramah pasar adalah varian dari pendekatan kontrarevolusi neoklasik yang terutama berkaitan dengan tulisan-tulisan Bank Dunia dan para ekonomnya selama dasawarsa 1990-an yang sebelumnya dalam dasawarsa 1980-an kebanyakan lebih condong ke kubu pasar bebas dan pilihan produk.
Pendekatan Pertumbuhan Neoklasik Tradisional
Pijakan lainnya dari argumentasi pasar bebas neoklasik adalah penegasan bahwa liberalisasi (pembukaan) pasar nasional akan mendorong tambahan investasi domestik dan luar negeri sehingga meningkatkan laju akumulasi modal. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan GDP, hal ini sama dengan menaikkan tingkat tabungan domestik yang memperbesar rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratio) dan pendapatan per kapita di negara-negara berkembang yang sangat kekurangan modal.
Salah satu pendekatan terkenal dari model pertumbuhan neoklasik adalah model pertumbuhan neoklasik Solow yang digagas oleh Robert Solow yang juga sebagai peraih hadiah Nobel dalam ilmu ekonomi.Model ini berbeda dari rumusan Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yaitu tenaga kerja dan memperkenalkan variabel bebas (independen) ketiga, yaitu teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan ekonomi.
BAB 4
Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan
Terdapat sejumlah topik pembahasan penting berkaitan dengan model kontemporer pembangunan dan keterbelakangan. Topik-topik penting tersebut adalah:
4.1 Keterbelakangan sebagai Kegagalan Koordinasi
Di era 1990-an, ada sejumlah teori baru pembangunan yang telah mengedepankan komplementaritas sebagai salah satu syarat berhasil suatu pembangunan. Komplementaritas (complementary) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pekerja, atau organisasi yang memperkuat dorongan bagi agen lain untuk melakukan tindakan serupa. Komplementaritas sering mencakup investasi yang hasilnya bergantung pada investasi yang dilakukan para agen perekonomian lainnya.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kegagalan koordinasi adalah suatu keadaan hubungan yang dicirikan dengan ketidakmampuan para agen untuk mengkoordinasikan perilaku (pilihan) mereka, sehingga menimbulkan hasil (ekuilibrium) yang membuat semua agen berada dalam keadaan lebih buruk dibandingkan dengan di suatu situasi lain yang juga merupakan ekuilibrium. Hal ini dapat terjadi jika semua agen memahami dengan baik sdanya alternative ekuilibrium yang lebih menguntungkan. Hanya saja mereka sama sekali tidak dapat mencapai keadaan itu karena kesulitan berkoordinasi.
Bila terdapat komplementaritas, maka suatu tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pekerja, organisasi, atau pemerintah akan memperbesar dorongan bagi agen lain untuk melakukan tindakan serupa. Pada bagian ini juga disinggung tentang big push (dorongan besar), model cincin O (O-ring model). Big push menunjukkan bahwa keputusan produksi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan sektor modern akan saling menguatkan, dan model cincin O memperlihatkan bahwa nilai peningkatan keterampilan atau kualitas akan bergantung pada upaya peningkatan serupa oleh agen lainnya.
Topik-topik menarik lainnya yang dibahas di bagian ini adalah perangkap keterbelakangan (underdevelopment trap), penumpukan (congestion), dilemma tempat bertemu (where to meet dilemma), dan dilemma tawanan (prisoners’ dilemma).Perangkap keterbelakangan merupakan suatu perangkap kemiskinan di tingkat wilayah atau nasional ketika keterbelakangan menjadi ciri yang cenderung menetap sepanjang waktu.
4.2 Ekuilibrium Jamak: Pendekatan Diagramatis
Ekuilibrium jamak merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya lebih dari satu ekuilibrium. Diagram standar yang dipakai untuk menggambarkan ekuilibrium jamak (multiple equilibria), yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kegagalan koordinasi, disajikan pada Peraga 4.1. (Lihat Buku Panduan).
4.3 Memulai Pembangunan Ekonomi: Model Dorongan Besar
Model kegagalan koordinasi terpenting dalam literature pembangunan adalah “dorongan besar” (big push) yang dipelopori oleh Paul Rosenstein-Rodan, yaitu orang pertama yang mengangkat beberapa isu dasar tentang koordinasi.
Model dorongan besar adalah model yang menjelaskan bagaimana kegagalan pasar dapat menimbulkan kebutuhan akan perekonomian yang terencana dan kemungkinan juga upaya yang dicetuskan oleh kebijakan pemerintah agar proses pembangunan ekonomi yang berlangsung dalam jangka panjang dapat berjalan atau dipercepat. Dengan kata lain, kegagalan koordinasi akan menghambat keberhasilan industrialisasi dan menjadi kendala dalam pembangunan.
Pembahasan menarik pada bagian ini adalah dorongan pesar (big push): Model grafis yang memiliki sejumlah asumsi, antara lain: 1) Faktor, 2) Pembayaran faktor, 3) Teknologi, 4) Permintaan domestic, 5) Penawaran dan Permintaan Internasional, dan 6) Struktur pasar.
Perlunya dorongan besar dapat timbul dari empat kondisi, antara lain: 1) Efek intertemporal, 2) Efek urbanisasi, 3) Efek infrastruktur, dan 4) Efek pelatihan.
4.4 Masalah Lanjutan dari Ekuilibrium Jamak
Sekaitan dengan masalah lanjutan dri Ekuilibrium jamak, ada sejumlah topik menarik, antara lain: Keunggulan industri lama yang tidak efisien, Perilaku dan Norma, Keterkaitan, Ketimpangan, Ekuilibrium Jamak, dan Pertumbuhan.
4.5 Teori Cincin O dari Michael Kremer tentang Pembangunan Ekonomi
Model Cincin O
Ciri penting dari model  cincin O adalah caranya dalam membuat model produksi yang memiliki komplementaritas kuat antar input. Fungsi produksi cincin O merupakan sebuah fungsi produksi dengan komplementaritas kuat diantara inputnya, berdasarkan produk dari kualitas input-input itu.
Implikasi Teori Cincin O
Ada sejumlah implikasi penting Teori Cincin O, antara lain:
a)    Perusahaan cenderung merekrut pekerja dengan tingkat keterampilan yang tinggi untuk menjalankan berbagai tugas.
b)    Para pekerja dengan tugas yang sama akan memperoleh upah lebih tinggi di perusahaan berketerampilan tinggi dibandingkan dengan perusahaan berketerampilan rendah.
c)    Karena kenaikan upah dalam q berlangsung dengan tingkat yang semakin tinggi, maka tingkat upah di negara maju akan jauh lebih tinggi dari yang mungkin diperkirakan berdasarkan standar ukuran keterampilan.
d)    Jika para pekerja dapat meningkatkan keterampilan mereka dan berinvestasi untuk keperluan itu dan apabila mereka melakukan investasi itu bagi kepentingan sendiri, maka mereka akan mempertimbangkan tingkat investasi modal manusia yang dilakukan oleh pekerja lainnya, sebagai salah satu komponen keputusan mereka tentang seberapa banyak keterampilan yang akan diperoleh.
e)    Seseorang dapat terjebak dalam perangkap kualitas produksi rendah di sebuah perekonomian secara keseluruhan. Hal ini akan terjadi apabila terdapat efek cincin O di semua perusahaan dan juga di dalam perusahaan (yang cukup beralasan).
f)     Efek cincin O akan memperbesar dampak kemandekan produksi lokal, karena kemandekan seperti itu memiliki efek berganda terhadap produksi lainnya.
g)    Kemandekan juga memperlemah dorongan bagi pekerja untuk berinvestasi dalam peningkatan keterampilan dengan cara memperendah hasil yang diharapkan dari keterampilan itu.
4.6 Pembangunan Ekonomi sebagai Penemuan Diri
Dalam model-model sederhana dengan informasi yang sempurna, diasumsikan bahwa semua perusahaan dan negara berkembang secara keseluruhan telah mengetahui keunggulan kompetitif mereka.Sekalipun demikian, individu harus menemukan keunggulan komparatif (kompetitif) mereka sendiri dalam pasar tenaga kerja; misalnya, tidak seorang pun yang begitu lahir telah mengetahui apakah lebih cocok menjadi ekonomi atau pakar pembangunan internasional.
Demikian juga, negara harus memahami dan mempelajari apa saja aktifitas yang paling menguntungkan sehingga dapat menghususkan diri dalam kegiatan itu. sekedar untuk diketahui bahwa sebuah negara berkembang agar menghususkan diri dalam “produk padat karya” (labor-intensive-product) tidaklah cukup, karena bahkan jika saran itu selalu benar, terdapat begitu banyak produk seperti itu dalam perekonomian dunia dewasa ini, dan biaya untuk menghasilkan produk tertentu juga mungkin sangat berbeda dari satu negara dengan negara lainnya.
4.7 Kerangka Kerja Diagnostik Pertumbuhan Hausmann-Rodrik-Velasco
Ricardo Hausmann, Dani Rodrik, dan Andres Velasco (HRV) mengajukan kerangka kerja pohon keputusan yang dikenal dengan growth diagnostics (diagnostik pertumbuhan) untuk menihilkan kendala paling membelenggu dalam pertumbuhan ekonomi. HRV menjelaskan bahwa menargetkan kendala yang paling membelenggu memiliki keunggulan penting dibandingkan dengan pendekatan lain dalam memilih kebijakan.
Intinya adalah diagnostik pertumbuhan merupakan sebuah kerangka pohon keputusan untuk mengidentifikasi kendala yang paling membelenggu suatu negara dalam pertumbuhan ekonomi.
Salah satu pembahasan menarik dalam kerangka pohon ini adalah social return (hasil sosial).Hasil sosial merupakan profitabilitas suatu investasi yang biaya dan maslabatnya diperhitungkan dari perspektif masyarakat secara keseluruhan.Rendahnya pengembalian/hasil bagi para investor boleh jadi dikarenakan fakta terdapatnya hasil sosial (social return) yang rendah dari aktivitas perekonomian. Kemungkinan lainnya, hasil yang rendah itu dapat disebabkan oleh apa yang disebut sebagai apropriabilitas swasta yang rendah (low private appropriability), yang berarti terbatasnya kemampuan investor untuk meraih bagian yang cukup dari perolehan hasil investasi mereka yang sebenarnya menguntungkan. Dengan mempertimbangkan ketiga hal itu secara bergiliran, hasil sosial yang rendah dapat disebabkan oleh satu dari tiga faktor berikut, yakni geografi yang buruk, modal manusia yang rendah, dan infrastruktur yang buruk.
Bab 5
Kemiskinan, Ketimpangan, dan Pembangunan
Penanggulangan kemiskinan yang meluas serta tingkat ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi merupakan inti dari permasalahan pembangunan. Permasalahan kemiskinan yang  menjadi fokus perhatian adalah masalah kemiskinan ekonomi serta ketimpangan distribusi pendapatan dan aset, karena hal tersebut yang menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang. Disamping masalah lain yang sama pentingnya dan bahkan lebih krusial adalah masalah ketimpangan kekuasaan, prestise, status, gender, kepuasan kerja, kondisi kerja, tingkat partisipasi, kebebasan memilih, dan berbagai dimensi masalah lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa hampir semua hubungan sosial pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan ketimpangan ekonomi dengan masalah non ekonomi. Masing-masing ketimpangan tersebut saling menguatkan dalam suatu proses sebab akibat yang rumit dan terkait satu sama lain.
Para ekonom biasanya membedakan dua ukuran utama distribusi pendapatan untuk tujuan analisis dan kuantitatif, yaitu :
a.        Distribusi pendapatan perorangan (personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) yaitu menghitung jumlah pendapatan perorangan atau rumah tangga, cara memperoleh pendapatan tidak dipertimbangkan. Faktor yang penting seberapa besar perolehan masing-masing orang atau rumah tangga tanpa mempersoalkan apakah pendapatan itu hanya diperoleh dari gajinya karena bekerja atau juga dihasilkan dari sumber lain seperti bunga, laba, uang sewa, hibah  atau harta warisan.
b.        Distribusi pendapatan fungsional (functional distribution of income) atau distribusi pendapatan pangsa faktor (factor schare distribution of income) yaitu berupa menjelaskan pangsa pendapatan nasional total yang diterima tiap faktor produksi (lahan, tenaga kerja dan modal).
Selanjutnya yang dimaksud kemiskinan absolut adalah orang-orang yang dihitung sebagai jumlah  total orang hidup di bawah tingkat pendapatan riil minimun tertentu di bawah garis kemiskinan internasional. Garis kemiskinan tidak mengenal batas negara , tidak terpengaruh oleh tingkat pendapatan per kapita nasional, dan memperhitungkan tingkat harga yang berbeda-beda dengan cara mengukur kemiskinan sebagai setiap orang hidup dengan pendapatan kurang dari 1, 25 dolar per hari atau 2 dolar per hari dalam perhitungan dolar.
Adanya asumsi bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan tingkat pendapatan perkapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan dan tingkat ketimpangan.Untuk meniadakan kemiskinan absolut maka perlu diperhatikan adanya ketimpangan relatif.  Karena ketimpangan yang terjadi  dikalangan  orang-orang miskin merupakan faktor yang sangat penting untuk memahami keparahan kemiskinan serta dampak dari perubahan pasar dan kebijakan terhadap orang-orang miskin. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa kita harus memperhatikan ketimpangan yang terjadi dikalangan orang-orang di atas garis kemiskinan, terdapat tiga jawaban yaitu :
a.        Ketimpangan pendapatan esktrim yang menimbulkan inefesiensi ekonomi.
b.        Disparitas pendapatan yang ekstrim akan merusak stabilitas dan solidaritas sosial.
c.        Ketimpangan ekstreem umumnya dipandang tidak adil.
Hubungan antara pertumbuhan dengan ketimpangan bukan hanya berkaitan dengan tingkat pertumbuhan saja, melainkan juga karakter pertumbuhan ekonomi (cara mencapainya, siap yang berpartisipasi, sektor-sektor yang diprioritaskan, pengaturan kelembagaan apa yang dirancang dan ditekankan dan seterusnya) yang menentukan sejauh mana pertumbuhan meningkatkan standar hidup orang-orang miskin.
Sedangkan hubungan antara pertumbuhan dengan kemisikinan, oleh beberapa pihak dianggap bahwa upaya penurunan tingkat kemiskinan tidak selalu memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, dengan alasan-alasan bahwa : kemiskinan yang meluas akan menciptakan kondisi di mana kaum miskin tidak bisa mendapat pinjaman; orang-orang kaya di banyak negara miskin umumnya tidak hemat atau kurang suka menabung dan mengivestasikan bagian substansial pendapatan mereka dalam perekonomian lokal; rendahnya pendapatan dan rendahnya standar hidup orang-orang miskin yang berakibat pada buruknya kesehatan, nutrisi dan pendidikan; meningkatkan tingkat pendapatan orang-orang miskin akan merangsang peningkatan permintaan akan produk lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari; pengurangan kemiskinan massal dapat mendorong perluasan perekonomian yang sehat karena berfungsi sebagai insentif materi dan psikologis untuk memperluas partisipasi publik dalam proses pembangunan.
Bagian 8
Modal Manusia: Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi.
1.   Arti penting Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan adalah tujuan pembangunan yang mendasar, pendidikan dan kesehatan masing  - masing juga memiliki arti yang penting. Kesehatan sangat penting artinya bagi kesejahteraan, dan pendidikan bersifat esensial bagi kehidupan yang memuaskan dan berharga, keduanya fundamental dalam kaitannya dengan gagasan lebih luas mengenai peningkatan kapabilitas manusia sebagai inti makna pembangunan yang sesungguhnya.
Pendidikan dan kesehatan sebagai Investasi Gabungan bagi Pembangunan
Kesehatan dan pendidikan erat dalam pembangunan ekonomi.Disatu anak modal kesehatan yang semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dibidang pendidikan.  Sebagian karena kesehatan merupakan faktor penting  dalam kehadiran disekolah dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Usia lebih panjang meningkatkan pengembalian atas investasi dibidang pendidikan , kesehatan yang lebih baik dalam masa kerja seseorang dapat mem[pengaruhi penurunan tingkat penyusutan modal pendidikan. Dilain sisi semakin  besarnya modal pendidikan dapat meningkatkan pegembalian atas investasi  dibidang kesehatan karena banyak program kesehatan yang bergantung pada keterampilan dasar yang sering dipelajari deisekolah, meliputi kesehatan dan kebersihan pribadi, terlebih lagi kemampuan dasar membaca dan berhitung. Pendidikan juga diperlukan bagi pembentukan dan pelatihan bagi petugas kesehatan dan investasi pendidikan mempertinggi pengembalian atas investasi kesehatan yang meningkatkan harapan hidup.
Kaitan antara Investasi, Kesehatan dan Pendidikan
-          Kesehatan dan pendidikan adalah investasi yang dibuat untuk orang yang sama
-          Modal manusia yang lebih besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi pendidikan karena beberapa alasan.
-          Modal pendidikan yang lebih besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi kesehatan.
-          Peningkatan efisiensi produktif dan investasi pendidikan memperbesar pengembalian atas investasi yang mempertinggi harapan hidup.
Peningkatan Kesehatan dan Pendidikan : Mengapa peningkatan Pendapatan Saja Tidak cukup
Dengan Pendapatan yang lebih tinggi maka warga dan pemerintah dapat mengeluarkan dana yang lenih besar untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan, dan dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik produktivitas dan pendapatan lebih tinggi akan leih mudah dicapai. Karena adanya hubungan ini maka kebijakan pembangunan perlu difokuskan pada pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara bersamaan. Orang – orang umumnya akan mengeluarkan dana lebih besar bagi modal manusia jika pendapatan lebih tinggi . Akan tetapi, bukti menunjukkan dengan jelas bahwa, meski kita dapat meningkatkan pendapatan tanpa meningkatkan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, kita dapat berharapbahwa peningkatan pemdapata itu akan diinvestasikan secukupnya dalam pendidikan dan kesehatan anak. 


2.    Berinvestasi dalam Pendidikan dan Kesehatan : Pendekatan Modal Manusia
Analisis investasi dibidang kesehatan dan pendidikan disatukan dalam pendekatan modal manusia.Modal manusia adalah istilah yang sering digunakan para ekonom untuk mengacu pada pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia lainnya yang jika ditingkatkan dapat meningkatkan produktivitas.
Investasi dibidang modal manusia ini dianalogikan seperti investasi konvensional dalam modal fisik. Setelah dilakukan investasi awal, aliran pendapatan yang lebih tinggi dimasa yang akan datang dapat diperoleh dari perliasan pendidikan dan peningkatan kesehatan. Kesehatan dan pendidikan juga berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan.Pendekatan dasar modal manusia berfokus pada kemampuan tak langsung dari kesehatan dan pendidikan untuk meningkatkan kesejateraan melalui peningkatan pendapatan.
3.    Pekerja Anak
Pekerja anak merupakan masalah yang tersebar luas dinegara-negara berkembang. Jika seorang anak berusia dibawah 15 tahun bekerja, sekolah mereka akan terganggu dan dalam hampir semua kasus bahkan tidak bersekolah sama sekali. Keadaan ini makin mengenaskan karena kesehatan anak-anak yang bekerja itu sangat buruk, bahkan dalam status mereka yang miskin ternyata kesehatan mereka lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak miskin yang tidak bekerja; dan umumnya, pertumbuhan fisik mereka terhambat, selain itu banyak pekerja anak yang mengalami perlakuan kasar dan kondisi kerja yang eksploitatif. Kondisi kerja pekerja anak sering kali sangat buruk; ILO melaporkan sebagian survei yang dilakukannnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh pekerja anak bekerja keras selama sembilan jam atau lebih setiap hari. Jelas sekali bahwa pekerja anak bukannlah masalah kecil di suatu tempat saja akan tetapi merupakan masalah besar yang tersebar luas, khususnya di Afrika dan Asia Selatan.
Dalam model pekerja anak kita membuat dua asumsi penting. Pertama, rumah tangga yang berpendapatan cukup tinggi tidak akan menyuruh anaknya bekerja. Kedua bahwa pekerja anak dan pekerja dewasa saling mensubtitusi.Pernyataan ini bukanlah asumsi tetapi temuan dibayak studi mengenai produktivitas pekerja anak di banyak negara.
Terdapat empat pendekatan umum dalam kebijakan pekerja anak yang sekarang diterapkan dalam perumusan kebijakan pembangunan.Pertama menyadari bahwa pekerja anak merupakan cerminan kemiskinan sehingga merekomendasikan fokus pada upaya penanggunalangan kemiskinan ketimbang langsung menangani masalah perkerjaan.Pendekatan kedua mengedepankan penerapan strategi yang dapat menarik anak-anak kesekolah yang mencakup perluasan pengadaan unit sekolah baru.Pendekatan ketiga memandang bahwa pekerja anak tidak dapat dihindari, setidaknya dalam jangka pendek dan mengedepankan pada cara-cara yang dapat meringankan.Pendekatan keempat mendukung pelarangan pekerja anak.

4.    Kesenjangan Gender : Diskriminasi dalam Pendidikan dan Kesehatan
Dikebanyakan negara berkembang perempuan mudah menerima pendidikan yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki muda.Meskipun tingkat melek tingkat aksara orang-orang muda sekarang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 1990 yang relatif belum lama.Sebagian besar orang yang buta aksara dan yang tidak bersekolah di negera-negara berkembang adalah perempuan.  Kesenjangan gender dalam pendidikan yang sangat besar terjadi dinegara-negara besar diafrika dengan tingkat melek aksara perempuannya kurang dari setengah tingkat melek aksara laki-lakinya. Bukti empiris menunjukkan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap perempuan  selain menghambat pembangunan ekonomi  juga memperbesar tingkat ketimpangan sosial. Upaya untuk memperkecil kesenjangan gender dalam pendidikan dgn memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi kaum perempuan yang merupakan tonggak millenium Development Goal.
Kesehatan dan Gender
Anak-anak perempuan juga mengalami diskriminasi dalam perawatan kesehatan di banyak negara berkembang. Sebagai contoh di Asia Selatan sejumlah studi menunjukkan  bahwa keluarga jauh lebih mungkin membawa anak laki-laki yang sakit kepusat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan anak perempuan. Umumnya pengeluaran bagi keperluan kesehatan sering kali jauh lebih besar bagi laki-laki dari pada perempuan.
Konsekuensi Bias Gender dalam Pendidikan dan Kesehatan
Berbagai studi dari seluruh negara berkembang secara konsisten menunjukkan bahwa perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan menunjukkan tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi dibidang lainnya.
5.    Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Pendidikan dan pembangunan ekonomi terutama pendidikan dan kesempatan kerja melibatkan dua proses ekonomi mendasar. 1) interaksi antara permintaan bermotif ekonomi dan respon penawaran bermotif politik dalam menentukan jumlah sekolah bermutu yang akan disediakan, siapa yang memilki akses ke sekolah itu dan apa jenis pelajaran yang mereka terima, (2) Perbedaan penting antara manfaat dan biaya sosial/pribadi dari berbagai tingkat pendidikan, serta implikasi semua perbedaan manfaat dan biaya itu terhadap strategi investasi pendidikan.
Ekonomi Politik Penawaran dan Permintaan Pendidikan : Hubungan antara Kesempatan Kerja dan Permintaan atas pendidikan
Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang, meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor yang nonpasar, secara umum dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran seperti komoditas dan jasa lainnya. Pada sisi permintaan dua faktor utama yang mempengaruhi tingkat pendidikan yang diinginkan adalah : 1) prospek pelajar yang lebih berpendidikan untuk menghasilkan pendapatan lebih besar melalui pekerjaan sektor modern dimasa depan atau manfaat pribadi atau individu keluarga dari pendidikan, 2) Biaya pendidikan, langsung maupun tidak langsung yang harus ditanggung seorang peserta didik atau keluarganya. Dengan demikian tingkat pendidikan yang diminta sesungguhnya adalah permintaan turunan untuk mendapatkan kesempatan kerja beupah tinggi disekot modern, karne kesempatan untuk memperoleh pekerjaan  tersebut sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Pada sesi penawaran, kuantitas pendidikan ditingkat sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi sebagian besar ditentukan oleh proses politik, yang seringkali tidak berkaitan degan kriteria ekonomi.
Manfaat dan Biaya Sosial versus Manfaat dan Biaya Rendah
Dinegara-negara berkembang umumnya, biaya sosial pendidikan (biaya oportunitas/peluang yang dipikul masyarakat secara keseluruhan dari kebutuhan untuk mendanai perluasan pendidikan ditingkat yang lebih tinggi dengan biaya mahal, padahal dana yang terbatas itu dapat digunakan secara lebih produktif disekotr-sektor ekonomi lainnya) meningkat dengan cepat ketika para peserta didik melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Biaya pribadi pendidikan meningkat lebih lamban atau bahkan menurun.
Semakin lebarnya kesenjangan antara biaya sosial dan biaya pribadi bahkan menimbulkan dorongan permintaan lebih besar terhadap pendidikan tinggi dibandingkan pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih rendah.



1 comment: