Wednesday, December 4, 2013

lebam tersembunyi

TAK BERMAKSUD UNTUK GALAU, NAMUN APA DAYA SENTAKAN KICAUAN YANG KUANGGAP SANGAT MENGGANGGU ITULAH YANG  MEROBOHKAN DINDING KERAS  YANG TAK RENTAN GALAU INI

LALU KAMU KAPAN RIA ?

IYA, CUMA BISA SENYUM, WALAUPUN SEBENARNYA AKU TAU ORANG-ORANG ITU TAU KALO SEBENARNYA HATI SUDAH MANANGIS BERDARAH-DARAH.

AKU SAKIT BAHKAN SANGAT PARAH KETIKA HARUS MENDENGAR DENTING BAK ALARM JAM, PENGINGAT. AKU SADAR, AKU SALAH, NAMUN AKU TAU KALIAN SADAR BAHWA KALIAN JUGA SALAH TELAH BERNIAT UNTUK MENYODORKAN TANYA PENYANDANG LUKA ITU.

AKU TAU BETAPA KALIAN PEDULI, NAMUN KALIAN TAK TAU BETAPA HATI INI LEBAM MENANGKAL GONCANGAN SAKIT AKAN TANYA ITU.

MESKI BEGITU, PRINSIP DAN AKU PEGANG PRINSIP INI, DAN KALIAN GAK BAKALAN PERNAH BERPIKIR. GAK AKAN PERNAH TAU SENYERI APA HATI INI DAN SESENDUH APA, IYAA GAK AKAN PERNAH SEPERTI ITU !


MANAJEMEN LIKUIDITAS



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih gaik yang dapat diduga ataupun yang tidak terduga.
Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu setiap bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.

album kecil tak bermotif tak bermakna

jika aku luka dan tak mampu mengobati, maka akan kuteriakkan semuanya ke lahan-lahan suram tak berdasar ini.
jika aku bosan dan tak mampu berdamai dengan suasana, maka akan kuhempaskan semua hingga bisa gaduh.
jika aku kosong dan benar-benar tak butuh siapa-siapa, maka kuisyaratkan dengan kata halus dan mengiris halus hati untuk segera hengkang.
jika aku tak butuh untuk seperdua senyum manis dan lekang itu, maka kusambarkan pelik dan sedikit kata khianat.
jika aku mulai terbiasa sendiri, maka kuharap tak akan pernah ada lagi.
dan jika aku benar-benar telah lupa, maka kupastikan jangan datang lagi untuk menambah nyeri ini.


usang disambar waktu

Dari dulu hingga detik ini, entah mengapa mereka bahkan orang terdekat selala bertanya, kenapa ? kapan ? mengapa ? lalu siapa yang bisa menjawabnya karena diri sendiripun seolah belum mampu menjawab. aku paham aku sadar bahwa itu mungkin sesuatu yang lazim bahkan bukan sesuatu hal yang genting lagi. tapi bagiku itu sakral, iya sangat sakral.