Kalau Tuhan mengijinkan bolehkan engkau sisipkan
semenit atau bahkan beberapa detik saja di dalam mimpiku tentang pangeran masa
depan. Sesosok yang sederhana dengan senyum tipis manis menyapa dan seakan
berucap : aku rindu. Tangan lembut perlahan-pelan mengusapi rambutku dan
berucap lagi : kamu tau kan aku selalu jatuh cinta padamu dan akan selalu
menunggumu sampai suatu saat nanti kita akan dipertemukan. Kamu harus percaya
itu.
Dan dengan senyum malu secara perlahan-lahan aku
menganggukkan kepala dan mulai berbisik dalam hati sambil tersenyum : iya, aku
percaya. Walaupun aku tak tau pasti kapan waktunya.
Kadang aku berharap ketika aku melihat langit aku akan
melihat sebentuk wajah. Wajah pangeran masa depanku yang samar. Namun aku
sekuat tenaga menerobosnya. Entahlah apakah aku begitu ingin mengetahuinya atau
hanya sekedar penasaran semata. Aku pun bingung.
Namun tiba-tiba aku tersambar oleh sebuah bisikan
lembut. Pangeran masa depan tadi, iya aku masih sangat mengenal suara itu. Dia
kembali berucap : kamu harus percaya bahwa aku akan selalu mencintaimu. Bisikan
itu bagaikan semburan cahaya yang sangat melegakan hati. Mataku mulai berbinar
bibir gemetar senyum tersipuh malu.
Aku sadar ketika aku mulai membuka mata aku mulai lupa
dengan semuanya. Ketika aku menatap langit mencari sebentuk wajah itu hanya ada
bintang yang mengerlingkan mata dan menertawakanku. Aku mulai sadar sedikit
demi sedikit bahwa pangeran itu bukan di mimpi bukan di langit tapi
nanti, iya nanti disampingku kelak.
Aku hanya bisa mengingat senyum khas itu. Entah senym
siapa. Dan berharap sebentuk wajah itu kekal mengawasi malamku. Oh sungguh
mustahil namun aku masih saja terlalu berharap.
No comments:
Post a Comment